Sabtu, 08 Oktober 2011

Asal Usul Tridharma

Filled under:

Apa itu Tridharma? Kalangan Tionghoa menyebutnya Sam-kaw (perpaduan dari tiga ajaran; Konghucu, Tao, dan Buddha ). Secara teoritis, ketiga ajaran ini memiliki ciri khas/background tersendiri. 

Tridharma bukanlah/tidak dapat dikatakan sebagai suatu agama, tetapi sebuah badan/organisasi yang menaungi ketiga ajaran tersebut yang sebenarnya sudah mempengaruhi kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2500 tahun yang lalu. Karena suatu alasan politis di jaman orba (rezim Soeharto) maka terbentuklah tridharma yamg dikatakan sebagai salah satu aliran agama Buddha. 

Pada saat itu, di Indonesia hanya mengakui 5 agama, sedangkan Konghucu dan Tao tidak diakui. Oleh karena itu, dengan bernaung dan menyatu ada agama Buddha, maka Konghucu dan Tao bisa berkembang pada saat itu tanpa khawatir di tuduh melanggar aturan pemerintah saat itu. Meskipun pegitu, upacara-upacara dan ritual Taois dan konfusius tetap dilakukan dengan tidak mencolok karena kedua aliran tersebut identik dengan tradisi dan kebudayaan Chinese, di mana pada saat itu (orba), warga keturunan Chinesse mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintah dan penduduk pribumi yang anti Chinesse. Baru sejak kepemimipinan Abdurachman Wahid (Gus Dur), upacara-upacara  keagamaan dan seni pertunjukan Barongsai baru bisa merdeka di Indonesia. 

Di negara lain seperti Singapura dan Malaysia, tidak ada istilah tridharma. Masing-masing aliran tersebut berdiri dan berkembang sendiri. Jadi dapat dikatakan disini dan jelas disini bahwa Tridharma memang bukanlah merupakan suatu agama/aliran, tetapi secara kasat mata dapat dikatakan bahwa agama Buddha, konghucu dan Tao di letakkan dalam satu atap yang dinamakan Tridharma.

Untuk lebih jelasnya, kita dapat menilik dari sejarah dan awal berdirinya Tridharma di Indonesia.

SEJARAH TRIDHARMA

I. MASA KEBANGKITAN I : AWAL ABAD KE-20 HINGGA PERANG DUNIA II (REVOLUSI FISIK)

Pada tahun1900an Berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia dengan tokohnya antara lain Lie Kim Hok, Phoa Keng Hek (presiden pertama) dan Yoe Tjai Siang (redaktur mingguan Konfusianis - Li Po).

THHK mengajarkan Bahasa Tionghoa dan Agama Khong Hu Cu sebagai respons atas gencarnya misionaris Kristen. THHK mengkhususkan diri pada aktivitas pendidikan.

II. MASA KEBANGKITAN II : 1950-AN HINGGA ORDE LAMA
20 Pebruari 1952, Berdirinya GSKI (Gabungan Sam Kauw Indonesia).

Sebagai hasil pengorganisiran kembali Sam Kauw Hwee dengan bergabungnya Cin Tik Hwui (Muntilan,Jawa Tengah), Sin Ming Hwee bagian kebatinan (Candra Naya, Jakarta), Thian Li Hwee, Buddhis Tengger (Jawa Timur) dan lain-lain, dengan ketua umumnya adalah The Boan An.

20 Pebruari 1953 pukul 12.00 WIB, Berdirinya Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) di Jakarta.

Ditetapkan sebagai badan hukum dengan Penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA5/31/13 tanggal 9 April 1953, dan termuat dalam Tambahan Berita Negara RI No. 33 tanggal 24 April 1953 urutan no. 3.

- Ketua umum pertama : The Boan An.

GSKI melengkapi organisasinya dengan komisaris ceramah yang mengatur tugas para penceramah yang terdiri dari :

- Sam Kauw Hwee
- Khong Kauw Hwee
- Thian Lie Hwee
- Tokoh-tokoh Theosofi dan kebatinan.

Komisaris ini kemudian berubah menjadi Seksi Penceramah.

Catatan : Sejak tahun 1976, Seksi Penceramah ini dilepaskan oleh GTI menjadi badan otonomi dengan nama Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia dan tanggal 18 April 1976 ditetapkan sebagai hari jadinya Majelis Tridharma Jakarta setelah perubahan Anggaran Dasar GTI yang diputuskan di Rapat Umum Anggota tanggal 17 April 1976 di Cisarua.

22 Mei 1953 , Diadakannya Perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak 2497 untuk pertama kalinya di Candi Borobudur.

23 Januari 1954 , Ditahbiskannya The Boan An (ketua umum pertama GSKI) menjadi bhikkhu di Burma dengan nama ASHIN JINARAKKHITA oleh Ven. Mahasi Sayadaw. GSKI (atau pribadi-pribadi pimpinan GSKI ?) mengutus/menyokong The Boan An untuk belajar agama Buddha di Burma antara tahun 1953 ? 1954.

1961, Berdirinya Gabungan Tridharma Indonesia (GTI).

- Nama GTI dikukuhkan/ditetapkan dalam Rapat Umum Anggota yang diadakan tanggal 16 ? 18 April 1976 di Cisarua, Akte Perobahan No. 1 tanggal 1 Juni 1976 dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selatan dengan Surat Keputusan Perkara Perdata No. 298/1976 tanggal 9 Juni 1976.

- Ketua umum kedua : Drs. Sasanasurya (Khoe Soe Khiam).

Majalah bulanan Tri Budaya (terbit hingga 145 nomor, Pebruari 1966)

- Ketua umum ketiga : Drs. Aggie Tjetje, SH., SS.
- Ketua umum keempat : Bhagyadewa Sidharta.
- Ketua umum kelima : Drs. Aggie Tjetje, SH., SS.
- Ketua umum sekarang : Dr. Danny Wiradharma, SH.

III. MASA ORDE BARU
14 Mei 1967 , Berdirinya PTITD (Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma) se-Jawa Timur di Lawang dengan ketuanya adalah Ong Kie Tjay. 

GTI membentuk Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia di Jakarta dengan ketuanya adalah Sasanaputera Satyadharma.

1969 , Berdirinya PTITD se-Indonesia dengan ketua pertamanya adalah Ong Kie Tjay sedangkan ketuanya yang sekarang adalah Ongkoprawiro.

PTITD membentuk Majelis Rohaniawan Tri Dharma se-Indonesia di Surabaya dengan ketuanya adalah Ong Kie Tjay.

17 Desember 1977 , Berdirinya Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia (Majelis Tridharma Federasi) di Lawang, Jawa Timur, yang merupakan federasi dari 2 (dua) Majelis Tridharma dari Jakarta dan Surabaya. Utusan Jakarta diwakili oleh Sasanaputera Satyadharma (ketua delegasi) dan 2 orang anggota yaitu Kittinanda dan Toto Muryanto. Sedangkan utusan Surabaya diwakili oleh S.W. Tenggara (ketua delegasi) dan 10 orang anggota. Ketua umumnya adalah Ong Kie Tjay (1977 ? 1979). Organisasi ini kemudian dibubarkan pada tanggal 5 Agustus 1979.

31 Desember 1978 , Disahkannya Anggaran Dasar Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia (Martrisia) di Lawang dan ditandatangani oleh :
- S.W. Tenggara (Surabaya)
- S. Wibisana (Surabaya)
- Sasanaputera Satyadharma (Jakarta)
- Prajnadhassa Supardjo (Jakarta)

22 September 1979 , Berdirinya Martrisia (Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia) di Lawang, Jawa Timur, yang merupakan peleburan (fusi) 2 (dua) Majelis Tridharma dari Jakarta dan Surabaya untuk menyesuaikan diri dengan terbentuknya WALUBI sebagai Wadah Tunggal. Ketua umum pertamanya adalah Ong Kie Tjay (1979 - 1980) dan ketua umum keduanya adalah Ongko Prawiro (1980 - sekarang)

1983 , Hari Raya Waisak ditetapkan sebagai hari libur nasional (Tahun Buddhis 2527) dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 3/1983.


Hakikat Tiga Ajaran yang Melebur Jadi satu (Tridharma)

       
          Pada perkembangan selanjutnya, ketiga ajaran yang digabungkan/bernaung dalam Tridharma, dikatakan memiliki persamaan dalam hal tujuan. Secara harafiah tridharma dapat kita artikan sebagai tiga ajaran satu jalan/hakekat. Tridharma merupakan padanan dari tiga ajaran besar yang saling mengisi, melengkapi  dan yang dalam pelaksanaan prakteknya sudah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
         Berdasarkan legenda Tridharma, maka asal-usul kehidupan ini dapat kita simpulkan sebagai berikut:

1. Dunia/alam semesta, isinya terdiri dari tiga tahapan/fase :
    Yang pertama- Langit (Ji Hui)- Thian
    Yang kedua    -Bumi (cou Hui) - Ti
    Yang ketiga      - Makhluk hidup (yin Hui) - Ren

2. Munculnya Tiga manusia agung:
  • Sebagai Khong Tiong Ni yang lalu dikukuhkanNya menjadi nabi Kong Hu cu untuk mengajarkan moral dan intelektual (konfusianisme).
  • Lie Tan Erl yang lalu dikukuhkanNya menjadi nabi Lao Tse untuk mengajarkan hukum alam(Taoisme). 
  • Sidharta Gautama yang lalu dikukuhkanNya menjadi Budha untuk mengajarkan dharma kesunyataan (Budhisme). 
Ketiga manusia agung ini hidup dalam jamannya :
  • kong hu cu (551sM- 479 sM)
  • Lao tse (ketika nabi Kong Hu cu berusia 34 tahun pernah bertemu dengan Lao tse di negeri Chou, pada waktu itu Lao tse sudah terkenal sebagai seorang filsuf tua yang termasyur).
  • Budha (623 sM- 543 sM)
          Ketiganya menyebarkan pelajaran agung bagi kehidupan dengan metode penjabaran dan pendekatan yang berbeda, tetapi mengadung inti ajaran yang sama yaitu:
"mengajarkan ilmu ketuhanan untuk keselamatan manusia dan dunia serta menyadarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati sebagai tujuan terakhir".

  • Konfusianis mengantar manusia mencapai Kesucian )seng jin)
  • Budhis mengantar manusia mencapai kebudhaan (fo)
  • Taois mengantar manusia mencapai kedewataan (sian)
 Meski sasaran dan tujuan berbeda istilah namun sesungguhnya satu dalam penghayatan hakekat sejati, yaitu:
  • Thian sejati tanpa rupa
  • Tao sejati tanpa sosok
  • Buddha sejati tanpa bentuk

Ketiganya melebur dalam satu kesatuan "Tridharma", dan inilah hakekat yang mencerminkan Satunya Tridharma.



* PADANAN 531 YANG MENYATU

          Dalam pokok utama Tridharma ada padanan yang saling berkaitan dan masing-masing tercantum dalam Padanan yang Lima, yang tiga, dan yang satu.

konfusianisme : Panca utama (ngo siang)       - padanan 5
                        Tiga simpul (sam kong)         - padanan 3
                        Yang esa (thian)                    - padanan 1 

Budhisme        : Panca sila ( ngo Kai)                - padanan 5
                         Tiga perlindungan ( sam Khui)  - padanan 3
                         Yang mutlak (dharmakaya)      - padanan 1

taoisme          : Panca bhuta (ngo heng)          - padanan 5
                       Tiga bersih (sam ceng)            - padanan 3
                       Yang tunggal (Tao)                  - padanan 1

A.PADANAN YANG LIMA

TAOIS-panca bhuta(lima unsur) :
       kayu, logam, api, air, dan tanah.

KONFUSIANIS-panca utama (lima utama):
     -cinta kasih
     -kebenaran
     -susila
     -kebijaksanaan
     -dapat dipercaya

BUDDHIS-panca sila (lima sila):
     -tidak membunuh
     -tidak mencuri
     -tidak berzinah
     -tidak memabukka diri
     -tidak berdusta

Kaitan hubungannya:
1. orang yang gemar MEMBUNUH adalah orang yang TIDAK BERCINTA KASIH. yang tidak bercinta kasih=orang yang gampang marah berarti kekurangan unsur KAYU.

2. orang yang gemar MENCURI adalah orang yang TIDAK BERBUDI/TIDAK MENJALANKAN KEBENARAN. yag tidak menjalankan kebenaran= kekurangan unsur LOGAM.

3. orang yang gemar melakukan ZINAH adalah orang yang TIDAK SUSILA. yang tidak susila= mengejar kesenangan= kekurangan unsur API.

4. orang yang gemar MEMABUKKAN DIRI adalah orang yang tidak BIJAKSANA. yang tidak bijaksana=cemas/takut= kekurangan unsur AIR.

5. orang yang gemar BERDUSTA adalah orang yang TIDAK DAPAT DIPERCAYA. yag tidak dapat dipercaya=suka menhayal,melamun=kekurangan unsur TANAH.

          Keterikatan dari masing-masing unsur inilah yang merupakan Padanan lima yang mencerminkan Satunya Tridharma.

B. PADANAN YANG TIGA.

TAOIS-tiga mustika(tiga bersih)
  • Sukmajati (sin/sen)
  •  Pranajati (Ki/chi)
  •  Patijati (Ching/Qing)
KONFUSIANISME-Tiga simpul :
  • Ratu-kawula (pimpinan bawaha)
  • Bapak-anak (orangtua-anak)
  • Suami-istri
BUDHIS-tiga permata (tiga perlindungan)
  • Budha, Dharma dan Sangha.

KAITANNYA:
1.sukmajati     : semangat/spirit yang memimpin kehidupan.
   Ratu kawula : sebagai manifestasi dari raja/pimpinan yag memimpin rakyatnya.
   Budha          : manusia agung yag memimpin makhluk hidup mencapai keabadian.

2. Pranajati    : tenaga/energi sebagai sumber kekuatan yang menghidupi kehidupan.
    Bapak-anak: sebagai wujud tanggung jawab orang tua menghidupi makhluk hidup.
    Dharma      : jalan yang telah dibentangkan untuk menyelamatkan makhluk hidup dari
                         kematian yang berarti menghidupi makhluk hidup untuk senantiasa hidup dalam
                         keabadian.

3. Patijati       : sumsum atau sperma/sel telur merupakan benih yang memproduksi atau
                        memperbanyak kehidupan.
    Suami-istri  : sebagai upaya untuk memproduksi/memperbanyak keturunan.
    Sangha      : Persaudaraan suci yang telah menjaga dan menyebarluaskan kesunyataan
                       yang berarti memproduksi/memperbanyak makhluk suci.

KESIMPULAN:
     Dalam padanan yang tiga ini, masing-masing ajaran secara berurutan memiliki 3 sifat yang sama yaitu; memimpin, menghidupi, dan memproduksi/memperbanyak.

Inilah padanan tiga yang mencerminka satunya Tridharma.

C. PADANAN YANG SATU.
KONFUSIANISME : Bathin yang tebina memelihara watak sejati.
                                   Genggam tengahnya mencakup yang satu.
                                   Di sebidang tanah keramat mendapatkan yang satu.
                                   Menjadilah manusia suci (seng jin).

Taois                          : Bathin yang terlatih menempa watak sejati.
                                    Rangkul intinya mengumpul pada yang satu.
                                    Di lembah roh yang kelam mendapatkan yang satu.
                                    Menjadilah dewa (sian).

BUDHIS                    : Bathin yang jernih melihat watak sejati.
                                    Ambil sari dharmanya menyatu pada yang satu.
                                    Di sebidang tanah suci di bukit Ling mendapatkan yang satu.
                                    Menjadilah Budha (fo/hud).

Yang satu dalam konfusianis adalah Thian (yang esa)
Yang satu dalam budhis adalah dharmakaya (yang mutlak)
Yang satu dalam taois adalah Tao (yang tunggal)

Ketiga pengertian akan adanya yang satu inilah yang merupakan Padanan satu yang mencerminkan satunya tridharma.

Konfusianis : suen sing yang sing    = bathin yang terbina memelihara watak sejati.
Budhis         : ming sin cien sing      = bathin yang jernih melihat watak sejati.
Taois           : siu sin lien sing          = bathin yang terlatih menempa watak sejati.

untuk mendapatkan yang satu, kita harus bisa menemukan:
-sebidang tanah keramatnya konfusianisme.
-sebidang tanah sucinya Budhis
-lembah kelamnya Taois.

Dimana kita bisa menemukan lokasi tersebut?
apakah lokasi tersebut merupakan tiga tempat yang berbeda??

jawabnya adalah; "ADA DIDALAM DIRI KITA SENDIRI, YANG SECARA KESELURUHAN MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DALAM UPAYA MENGGEMILANGKAN WATAK SEJATI/SENG".

Kunci untuk menemukan tertuang pada paritta suci Hwe hiang Ki bait ke-4:
     menjelmalah di tanah suci di sebelah barat
     dimana bunga teratai sembilan tingkat menjadi ayah bunda
     bila bunga mekar berjumpa sang budha
     sadar akan tiadanya penitisan
     tak akan mundur, semua budha bodhisatva mahasatva senantiasa mendampingi.

Bunga teratai sembilan tingkat yang dimaksud disini secara sedrhana dapat kita manifestasikan sebagai simbol dari 9 lobang yang ada dalam diri manusia, yaitu:
- 2 mata
- 2 lubang hidung
- 2 lubang telinga
- 1 lubang mulut
- 1 lubang anus
- 1 lubang kemaluan

          Yang berarti harus dibina/dilatih sepanjang hari agar tumbuh mekar menyebarkan harumnya kebajikan indriya dan moralitas.




*dari berbagai sumber, wihara.com, Asal usul Tridharma, wikipedia.

0 comments: