Sabtu, 23 Juli 2011

TIGA KEPUTUSAN BESAR

Filled under:


Kisah Presiden Lions Club International 2011 - 2012
Wing-Kun Tam



Wing-Kun Tam mencondongkan tubuh ke depan di kursinya yang berlapis kain di kantor pusat Lions - Oak Brook. "Salam satu tahun, saya membuat tiga keputusan penting dalam hidup saya," katanya mengaku.

Tam berbicara dengan lembut. Sikapnya tenang dan rendah hati, menutupi sifatnya yang penuh determinasi. Pada bulan Juli 2013, Tam menjadi presiden Internasional ke-95 dan presiden Lions pertama dari China. Di dinding kantornya ada sebuah poster yang berisi tulisan dalam bahasa China yang artinya "Keturunan Naga (Descendants of the Dragon)". Bagi orang-orang China, naga adalah simbol kekuatan dan kekuasaan, dan mereka menyanjung orang yang berprestasi sebagai "sang naga".

Latar belakang Tionghoa pada diri Tam merupakan integral dari identitasnya. Hong Kong adalah tempatnya bersekolah, memulai perusahaan kargo Internasional dan mengangkat derajat keluarganya dengan nilai-nilai tradisional Tiongkok.

Tapi ceritanya juga bersifat universal. Keputusan hidupnya membentuk dirinya dan membawanya ke jabatan tertinggi di Lions. Perjuangan dan kesuksesannya sebagai seorang family man, pemilik bisnis dan Lion telah menjadi cetak biru kepresidenannya.

KEPUTUSAN PERTAMA

Tinggal di Hong Kong bersama keluarganya, Tam - 16 tahun, adalah seorang remaja yang sangat energik. Dia bersekolah dan punya tiga pekerjaan. Dia bahkan punya pengalaman bekerja di departemen impor sebuah perusahaan di pagi hari dan divisi ekspor di malam hari. Ambisinya datang dari orangtuanya, Tam  Hoi dan Chiu Wai Han. "Ayah saya selalu mengatakan kepada saya bahwa jika anak-anak Anda tidak sesukses Anda, itu berarti Anda gagal," kata Tam. Ibunya juga mendesak anaknya untuk melakukan yang terbaik di sekolah dan membuat keluarga bagga. "Saya berusaha sangat keras. Ibu saya bahkan lebih keras lagi," kata Ta,. "Dia wanita yang amat, sangat tangguh dan disa selalu ingin saya menjadi nomor satu".

Setelah bisnisnya di China mengalami kegagalan, ayah Tam memboyong keluyarganya pindah ke Hong Kong pada tahun 1955 ketika Tam berusia 5 tahun. Bahkan sebagi anak sekolahan yang masih kecil, Tam mampu mengubah kegagalan dan penghinaan menjadi motivasi. Di sekolah barunya, merasa kesulitan dengan bahasa Inggris, Ia mencoba membaca alfabet seolah-olah setiap alfabet itu adalah sebuah kata tunggal memanjang. Teman-teman sekelasnya tertawa dan gurunya mengira Tam sedang mengejeknya. Tam kembali membuka buku pelajarannya dan semakin rajin belajar bahasa Inggris.

Karir muda Tam membawanya ke industri kargo. Dalam usianya yang baru 20 tahun, perusahaan mengirimnya ke Amerika Serikat untuk belajar bisnis. Dia menghabiskan waktu di New York, Los Angeles dan San Fransisco. "Melakukan perjalanan lebih penting daripada belajar dari buku-bukumu", nasehat dari Ayahnya kepada Tam.

Tinggal di kosmopolitan Hong Kong membantunya untuk memahami berbagai budaya. Bekerja di industri kargo Internasional mengembangkan kemampuan Tam lebih lanjut untuk bergaul dengan orang dari berbagai negara. "Anda belajar untuk menghormati orang lain dan bagaimana mereka menjalani hidupnya. Ini memberi Anda pengetahuan tentang bagaimana berhadapan dengan orang-orang" katanya.

Ketika berusia 30 tahun, Tam tahu dia siap untuk membuat salah satu keputusan yang paling penting dalam hidupnya. "Bagi saya, sebagai orang Hong Kong, kita dilahirkan dengan jiwa kewirausahaan dalam darah kita. Jika Anda benar-benar ingin menghasilkan uang dalam jumlah lumayan, Anda harus memulai bisnis Anda sendiri", katanya.

Perusahaan transportasi Tam saat ini memiliki 200 karyawan di 20 kantor di seluruh dunia dan pendapatan tahunan $200 juta. Dalam kondisi kesehatan yang lemah, ayahnya menyaksikan [ertumbuhan kesuksesan anaknya. "Itulah alasan mengapa Ia tersenyum padaku setiap saat, bahkan ketia Ia sakit", kata Tam.


KEPUTUSAN KEDUA

Selama 15 tahun Tam menghibur istrinya, menyiapkan makan malam, membawanya ke dokter dan rumah sakit, mengatakan padanya bahwa seseorang dengan semangat dan tekad seperti Irene tidak akan menyerah pada kutukan pejalan kaki biasa seperti kanker. Para dokter telah memberikan diagnosis suram untuk Irene. Irene membuktikan mereka salah.

Tam dan Irene bukanlah pasangan sempurna. Tapi jangan katakan itu kepada tiga anak mereka. "Bagi saya, orang tuaku adalah pasangan termanis di sunia. Mereka selalu sangat peduli satu sama lain. Mereka saling memahami", kata Alvin Tam - 26 tahun. Kata Tiffany Tam - 23 tahun, "Hal yang paling saya kagumi tentang ayah adalah cintanya kepada Ibuku". Andrew Tam (18 tahun0 menambahkan, "Mereka tidak pernah bertengkar sengit".

Tam adalah orang tua yang serius, orang yang mengajak keluarganya untuk melakukan yang terbaik. Irene adalah sosok yang lebih lembut, orang tua yang bercanda dan menenangkan dan menjadi sandaran ketika mereka salah langkah dan jatuh kehilangan keseimbangan. Bersama-sama mereka menjadi satu tim, memimpin keluarga Tam ke acara olahraga dan perjalanan ski ke Amerika Serikat dan Jepang. Suatu ketika, badai salju menghalangi jalan mereka ke Lake Tahoe dan selama 10 jam mereka duduk di mobil di jalan yang sepi. Tam mengajak semua orang berbicara untuk mengisi waktu dan mengalihkan perhatian mereka dari keadaan mereka.

Hubungan mereka semakin kuat setelah empat tahun pacaran. "Dia sangat cantik dan sangat baik hati", kata Tam. Irene memenangkan hatinya dengan tidak menginginkan apapun kecuali cinta dan pengabdian. "Saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Membawanya ke restoran China terbaik, menawarkan padanya makanan terbaik. Dia bilang 'Oh, aku tidak butuh itu.' Hal yang sama setelah kami menikah," kata Tam yang berusia 31 tahun ketika mereka memutuskan untuk meinkah.

Pengabdian Tam kepada keluarganya tidak mengurangi ketertarikannya pada pekerjaannya atau terhadap Lions, yang keduanya membuat dia sibuk di luar. Berperan sebagai ketua tuan rumah untuk konvensi Lions di Hopng Kong pada tahun 1992 menyita waktunya 25 jam sehari. Dia menghabiskan waktu berjam-jam berkumpul dengan para pejabat China dan para pemimpin Lions untuk membawa SightFirst ke China. Kemudian suatu hari Ia mengatakan kepada Irene bahwa konvensi akan kembali diadakan di Hong Kong pada tahun 2005 dan Ia mempertimbangkan untuk berperan sebagai ketua tuan rumah lagi. Irene menatapnya. "Dia berkata, 'Tam, kalau kamu meninggalkan rumah ini, jangan kembali'. Saya tahu dia serius, dan saya meninggalkan koper disamping tempat tidur dan tidak melakukan apapun."

Irene tahu arti penting Lions bagi Tam. "Setelah satu jam dia datang kembali ke saya dan berkata, 'Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?". Tam setuju untuk tidak menjadi ketua tuan rumah. Dia harus melakukan perjalanan Lions, terbang ke Rosario, Brasil, dari Hong Kong melalui Frankurt. Lalu Ia bergegas ke Los Angeles untuk bertemu dengan Presiden International Lions dan segera ke Phoenix. Disana dia menyetir 150 mil melalui gurun untuk menemui pemimpin Lions di satu-satunya restoran terbuka Wendy's. Lalu Ia kembali ke Hong Kong dan Irene karena kesepakatan adalah kesepakatan.

Keduanya bekerja sama, membesarkan anak-anak, membangun kehidupan, merencanakan masa depan. Kanker membuat mereka lebih dekat. "Mereka tidak menyerah satu sama lain." kata Andrew Tam. "Mereka menghadapi semuanya bersama-sama. Saya melihat keberanian, ikatan antara mereka, bagaimana mereka menghadapi semua itu".

Keteguhan hari Irene memperkuat Tam dan mengubahnya. "Dia yakin dia bisa mengalahkan kanker itu." katanya. "Dia percaya kepada keluarga kami. Dia percaya kepada saya. Dan saya percaya kepadanya".

Selama bertahun-tahun, Tam sadar keputusannya untuk menikahi Irene adalah titik balik dalam hidupnya. Saat Irene tumbuh lebih lemah, Tam bertanya-tanya apakah Ia berharap hidup bersamanya dengan jalan yang berbeda. Saat Irene terbaring sekarat, Tam mengumpulkan keberanian untuk bertanya padanya, "Maukan kamu menikah denganku dalam kehidupan berikutnya?" "Aku mau," bisiknya lirih.


KEPUTUSAN KETIGA

Di Taiwan pada tahun 1981, Tam melihat pin dengan huruf L pada kerah bahu rekan bisnisnya. "Apa itu?" Tanya Tam. "Oh, ini adalah kelompok yang sangat unik tempat saya bergabung. jika Anda bergabung dengan Lions, Anda meningkatkan status Anda," kata sang rekanan itu. Tidak lama setelah rekan kerja mengatakan bahwa dia memulai sebuah klub Lions di Hong Kong, Tam bergabung. Sebuah keputusan yang mengubah hidupnya.

Tam adalah anggota termuda dari klubny. Charter President disana berusia 94 tahun. Tam memandang ke seluruh anggota klub dan bertanya-tanya apakah itu benar baginya. Ketika Presiden memberikan tugas pertama, keraguannya bertambah. Klub mengajak warga manula naik kapal pesiar sederhana.

Sebagimana mestinya, Tam membawakan permen, biskuit, pasta gigi dan salep medis untuk para manula. "Anda tidak akan percaya reaksi mereka. Mereka menjabat tangan saya. Mereka memeluk saya," kenang Tam yang mengatakan  kepada charter presiden tentang kebahgaiaan mereka. "Dia mengatakan, yang penting bagi mereka bukanlah nilai hadiahnya, melainkan kasih dan perhatian yang saya bawa pada mereka."

Proyek awal itu memberikan dua pelajaran bagi Tam. "Sebelum bergabung dengan Lions, saya hanya tahu bahwa menjadi anggota itu sebuah kehormatan. Setelah saya bergabung, saya mulai memahami semangat Lions. Saya mengerti dan percaya kita da untuk membantu orang yang membutuhkan dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain," katanya.

Pelajaran kedua, charter president mempercayainya. "Klub memperlakukan saya seperti anggota keluarga. Sebagai Lion baru, saya ibarat bayi dan klub merawat saya sampai saya bisa berdiri diatas kaki sendiri dan menjadi Lion yang mengasuh orang lain. Klub kita harus memperlakukan anggota kita seperti anggota keluarga," katanya.

Tam menjadi seorang Lion pada masa sulit dalam sejarah Hong Kong. Pada tahun 1984, Inggris setuju untuk mengalihkan kedaulatan Hong Kong kepada China terhitung sejak tahun 1997. Beberapa warga Hong Kong pergi, banyak yang tidak pasti tentang masa depan Hong Kong. Merasa tidak terpengaruh, Tam terus maju dengan proyek-proyek Lions, termasuk proyek terbesar yang pernah Lions kerjakan di Hong Kong. Dibawa kepemimpinannya, Lions menghimpun lebih dari US $ 2,000,000 di kota urban Hong Kong untuk Nature Education Centre, yang sekarang dikunjungi oleh hampir setengah juta orang per-tahun. "Kami bisa mendapatkan kepercayaan masyarakat, memberitahu mereka bahwa masa depan Hong Kong sama bagus dengan sebelumnya," kata Tam.

Mendapatkan izin dari pihak berwenang unutk menyetujui konvensi Internasional dengan parade ribuan orang dalam situasi politik yang begitu tak menentu juga bukanlah perkara mudah. "Ketika Tam datang kepada saya dengan usulan untuk menjadi tuan rumah konvensi dan parade Lions, saya khawatir karena kami belum pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya. Mengingat saat itu merupakan masa-masa sangat sensitif di Hong Kong, maka itu adalah keputusan yang berani," kata Benny Ng yang saat itu pejabat tinggi di kepolisian Hong KOng. "Tam yakin Hong KOng bisa melakukannya. Saya percaya padanya dan semua orang menaruh kepercayaan padanya. Acara itu membuktikan bahwa dia benar".

Tam baru saja pemanasan. Jutaan orang China mengalami kebutaan karena katarak yang seharusnya tidak terjadi. sistem layanan kesehatan tidak memiliki sumber daya untuk mendanai prosedur bedah sederhana untuk mengembalikan penglihatan, dan pemerintah mencurigai kelompok luar yang ingin membantu. Di China tidak ada Lions Club, tidak ada kelompok nirlaba yang mendapat persetujuan operasi didalam wilayahnya.

Tam dan lainnya mencari cara, melobi pejabat China untuk memungkinkan Lions memulai kampanye katarak dan mengajukan kasus mereka ke anggota dewan Lions Club International, yang merasa tidak pasti tentang dukungan terhadap inisiatif layanan kesehatan besar yang tidak memberikan izin pada klub Lions. Tam ingat skeptisisme yang Ia peroleh dari Lions SightFirst Advisory Committee; "Kami tidak pernah memberikan uang sebesar itu untuk sebuah proyek tunggal, dan sekarang kami diminta untuk memberikan hibah sebesar $15 juta dolar ke negara yang tidak ada Lions Clubs?"

Melalui ketekunan dan jaringan yang tepat, pintu di kedua sisi itu akhirnya terbuka. Sebuah proyek percontohan katarak mulai diikuti oleh SightFirst China Action, yang membantu menyembuhkan penglihatan 5,2 juta.

"Program SightFirst mampu meyakinkan pemerintahan China pada dua isu." kata Mark Tso, pensiunan direktur Beijing University Eye Center. "Nomor satu adalah bahwa kebutaan merupakan masalah serius bagi masyarakat. Nomor dua adalah mengakui kualitas baik Lions".

Ditambahkan oleh seorang Lion, Patrick Ho, mantan profesor optalmologi di Hong Kong dan mantan penasehat teknis SightFirst, "Kita tidak hanya mampu menyelamatkan kebutaan dan mempengaruhi perkembangan sistem pelayanan perawatan mata di China, tapi juga mampu menunjukkan semangat Lions di masyarakat China dan mendapatkan kepercayaan serta keyakinan pemerintah di China. Ini menjadi platform untuk membangun klub-klub Lions di China."

Kepresidenannya akan lebih meningkatkan Lions di China. Kata Tam, "Orang-orang di China akan mendengar tentang Lions dan akan tahu apa yang kita lakukan. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk bergabung dengan kita".

Tragedi di China-lah yang kembali menyegarkan semangat Lions Tam sendiri. Setelah Irene meninggal, dengan penuh rasa sedih dan hampa, Ia berbaring di sofa hari demi hari menonton berita. "Kehilangan ibu jelas adalah hal yang paling sulit yang pernah terjadi pada ayah saya. Dia duduk disana sepanjang hari dan menangisi kematian Ibu" kata Tiffany Tam. Lalu terjadilah bencana gempa bumi di Provinsi sichuan China pada tahun 2008 yang menewaskan 70.000 orang. Gambar televisi yang menunjukkan keluarga para korban mengusik perasaan Tam, yang segera menghubungi kantor pusat Lions. Komite eksekutif kebetulan sedang melakukan pertemuan. Dia mendesak mereka untuk mengambil tindakan. Tam juga mengajak Lions di China, sejumlah team Lions China segera menempuh perjalanan berjam-jam untuk membantu para korban. LCIF menyetujui hibah bencana sebesar US $ 500,000.

"Saya kehilangan istri dan sangat menyedihkan. Tapi sekarang saya pikir saya bisa membantu. Dan saya percaya bisa membantu." kata Tam. "Dia berjuang mencari dana dan persediaan makanan." kata Andrew Tam. "Tam yang asli sudah kembali. Saya bisa melihat pancaran semangat di matanya yang tidak saya lihat sejak ibu meninggal".

Tam percaya pada kekuatan semangat juang Irene dan Ia percatya pada kemampuannya untuk melewati rintangan masa lalu, baik itu masa-masa ketegangan politik atau keraguan pribadi. Dia percaya pada Lions dan impian pelayanan. "Mr. Tam pada dasarnya adalah seorang pemimpi.' kata Tso. "Dia pemimpi tipe kedua, yaitu pemimpi di siang hari. Orang-orang seperti ini bermimpi dengan mata terbuka dan mereka membuat impian mereka menjadi kenyataan".

"Yang saya pelajari dari ayah adalah sikap pantang menyerah. Saya masih ingat ketika di SMA kami ketinggalan poin dalam pertandingan basket. Selama waktu istirahat, dia datang kepada saya dan berkata selama jam masih berdetak, jangan menyerah. Kami mampu membalikkan kedudukan dan akhirnya menang"
- Alvin Tam, 26

"Entah bagaimana, ayah selalu melihat dirinya sebagai penyelamat, pahlawan yang dapat membantu orang lain keluar dari masalah mereka, dari kesulitan mereka. Saya percaya bahwa Lions Club adalah hal yang paling penting dalam hidupnya selain pekerjaan dan keluarga. Dia sangat menikmati aktivitas melayani orang lain karena kepribadiannya"
- Tiffany Tam, 23

"Karena nama depannya, teman-teman mengenalnya sebagai paman gun. Itulah panggilan penuh kasih sayang untuknya. Dia semacam kepala keluarga Lions di Hong Kong. Dan semua teman Lion s melihat ke arahnya untuk kepemimpinannya serta kepeduliannya dan persahabatan  yang penuh kasih sayang"
- Mark Tso, seorang profesor optalmologi di wilmer Eye Institute di Johns Hopkins University in Maryland.

"Dia orang yang penuh gairah. Dia memiliki gairah untuk Lions, untuk Hong Kong. Gairah itu muncul begitu saja dari dirinya. Anda bisa merasakannya. Anda jadi tertarik padanya. Dia seperti magnet yang asli"
-Anthony Lau, direktur eksekutif Hong Kong Tourism Board

"Dia mendedikasikan hidupnya untuk aktivitas mulia. Di mata saya, dia orang yang tidak mementingkan diri sendiri. Dia menginspirasi banyak orang di China uyntuk bergabung dengan keluarga besar yang melayani masyarakat"
- Tang Xiaoquan, Presiden China Foundation for People With Disabilities




Sumber : Lion Magazine, edisi Juli - Agustus 2011

Posted By Singkawang Kalbar Prima9:40 PM

Senin, 18 Juli 2011

PESAN PRESIDEN LIONS CLUB INTERNATIONAL 2011 - 2012

Filled under:

MELAYANI BERSAMA

Sungguh suatu kehormatan besar untuk melayani sebagai presiden Internasional Anda. Tapi mungkin saya tidak akan menjadi presiden atau bahkan menjadi seorang Lionb yang penuh dedikasi jika bukan karena cara club memperlakukan saya. Saya baru berusia 30 tahun berada di tengah-tengah Lions yang lebih tua dan saya bahkan tidak mengerti tentang pelayanan Lions. Saya bergabung dengan club Hong Kong karena saya diberitahu bahwa Lions mencakup kalangan elit. Presiden club saya, yang lebih tua dan lebih bijaksana dari saya, memberi saya tugas yang membuat saya memahami misi pelayanan kita. Ketika saya menyadari kebahagiaan yang saya bawa kepada orang lain, saya menjadi Lions yang antusias.

Dari hari pertama saya sebagai Lion, club memperlakukan saya seperti anggota keluarga, memperhatikan saya, menyemangati saya, melakukan apa yang terbaik bagi saya. Club perlu memperlakukan kita seperti anggota keluarga. Perhatikanlah mereka, asuh mereka, jaga mereka. Beri mereka proyek-proyek yang dapat mereka tangai, proyek-proyek yang membuat mereka tertarik. Jika seseorang dalam keluarga Lion kehilangan pekerjaan, cobalah untuk menghiburnya atau mengingatkannya tentang lowongan pekerjaan atau orang-orang yang dapat membantu mereka.

Club kita harus seperti keluarga. Sumber kekuatan dalam club kita adalah hubungan kita dengan satu sama lain. Kita harus percaya satu sama lain dan menguyrus satu sama lain seperti yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Jika kita melakukan ini, kita tidak akan memiliki masalah dengan retensi. Club kita akan penuh dengan anggota yang antusias terhadap pelayanan.

Saya mendorong Anda untuk mempelajari lebih lanjut tentang saya dengan tema "Aku Percaya/I Believe". Saya percaya tema saya dapat membantu Lions melayani lebih baik dan membantu Lions untuk bersatu. Selain pendekatan keluarga dan partisipasi keluarga di club, kita ingin fokus pada Leo, kepemimpinan dan hubungan masyarakat. Kita juga ingin menanam satu juta pohon tahun ini. Saya percaya ini adalah proyek sempurna bagi Lions. Sangat sederhana; siapa pun dapat menanam pohon. Anda tidak perlu secara fisik yang kuat atau bertangan dingin untuk bercocok tanam. Ini bisa dicapai, ini bisa disampaikan dan ini bisa diukur.

Saya percaya bahwa satu orang dapat membuat perbedaan. Saya percaya pada kekuatan club dan distrik Lions untuk meningkatkan komunitas mereka. Saya percaya kita akan mencapai ketinggian baru dengan keberanian, komitmen dan tindakan. Saya percaya tahun 2011 - 2012 akan menjadi tahun yang luar biasa untuk Lions, dan saya berharap bisa menanam benih keberhasilan yang akan berbungan untuk generasi masa depan Lions dan orang-orang yang kita layani.


Wing-Kun Tam
Presiden Lions Club International 2011 - 2012

Posted By Singkawang Kalbar Prima8:47 PM

OPERASI TUMOR MATA

Selama 2 minggu, dari tanggal 2 Juli 2011 sampai dengan 15 juli 2011, Lions Club Singkawang Kalbar Prima membuka Rekening Peduli Kemanusiaan untuk membantu seorang anak penderita tumor ganas yang bernama Icha Robiansyah, asal kelurahan Bukit Batu - Singkawang tengah. tumor ganas ini telah menyerang kedua bola matanya dalam usia 7 tahun.

Rumah sakit dalam negeri di daerah (Singkawang - Pontianak) tak sanggup menangani tumor yang diderita oleh anak malang ini, sehingga terpaksa harus dibawa ke Rumah Sakit Normah Kuching - Malaysia Timur. Kedua bola mata anak malang ini semakin membesar sejak 5 bulan terakhir, dan dibutuhkan kurang lebih biaya sebesar 200 juta atau 70 ribu Ringgit untuk biaya pengobatan. Icha Robiansyah merupakan anak malang yang belum lama ini ditinggal oleh ibunya yang berpulang, dan ayahnya hanya seorang kuli bangunan di kota Pontianak. Icha saat ini tinggal bersama neneknya.

Atas dasar kemanusiaan dan keprihatinan inilah, Lions Club Singkawang Kalbar Prima bersama dengan praktisi sosial di kota Singkawang menggelar aksi penggalangan dana. Kegiatan ini juga direspon oleh Forum Jurnalistik di Pontianak dengan ikut menggalang dana bantuan untuk Icha dari masyarakat Pontianak setempat.

Dana yang terkumpul oleh Lions Club Singkawang Kalbar Prima diserahkan langsung kepada orang tua Icha di RS. Normah. Sekretaris Club Lion Susie Wu yang ikut langsung mengunjungi Icha, juga memberikan hiburan dengan membacakan beragam cerita anak-anak untuk meringankan sakit dan derita yang dirasakan oleh anak malang ini.


We Serve Beyond- 



Posted By Singkawang Kalbar Prima11:21 AM